Hakikat Belajar Sejarah
Pelajaran sejarah bukan berarti menengok masa lalu, namun memahami masa
depan. Oleh sebab itu pelajaran sejarah akan lebih diarahkan kepada
pemahaman makna di balik peristiwa sejarah, dan tidak sekedar hafalan
peristiwa. Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Anies Baswedan saat menghadiri acara silaturahmi bersama
Komunitas Historia Indonesia (KHI).
Mendikbud mengatakan, belajar sejarah tidak hanya
belajar kapan, dimana, siapa saja yang hadir dalam suatu peristiwa
sejarah. Lebih jauh lagi belajar sejarah yang perlu dilihat adalah apa
makna peristiwa tersebut bagi bangsa Indonesia. Contohnya seperti
mempelajari sejarah Sumpah Pemuda.
“Belajar sejarah Sumpah Pemuda bukan mempelajari
kapan, dimana, siapa saja yang hadir saat itu, tetapi makna sumpah
pemuda bagi perjalanan bangsa Indonesia,” kata Mendikbud dalam acara
silaturahmi bersama KHI yang dilaksanakan di SMA Negeri 19 Jakarta,
Kamis (19/02/2015).
Mendikbud meyakini 60 persen wisatawan
mancanegara datang ke Indonesia tiada lain karena budaya. Mendikbud
berharap masyarakat dapat menjaga budaya Indonesia. Dengan begitu, kata
Mendikbud, daya tarik budaya Indonesia tidak akan hilang. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tutur Mendikbud, akan lebih
serius melestarikan museum dan cagar budaya.
“Kemendikbud berharap adanya partisipasi
masyarakat untuk memberitahu cagar budaya yang terancam atau perlu
mendapat perhatian,” ujar Mendikbud.
Di hari yang sama Mendikbud didampingi Plt. Kepala
Pusat Informasi dan Humas (PIH) Ari Santoso, menghadiri perayaan Imlek
2015 yang dilaksanakan di Klenteng Kim Tel Le atau Vihara Dharma Bhakti,
di daerah Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. "Gong Xi Fat Cai,”
demikian disampaikan Mendikbud saat menyampaikan ucapan selamat hari
raya Imlek kepada para pengunjung Vihara Dharma Bhakti.dipetik dari www.kemendiknas.go.id 18/2/2015